Solat Hajat dan Baca Yaasin untuk Tragedi di Jepun

Sepanjang berlakunya tragedi gempa bumi, tsunami dan radiasi di Jepun sejal seminggu lalu, saya cuma melihat, mendengar tetapi tidak menulis. Ini kerana saya rasa tidak layak untuk menulis tentang kesedihan orang lain, sedangkan saya tidak merasainya, dan tidak ada keluarga yang terlibat secara langsung. Walau bagaimana pun saya sentiasa mengikuti perkembangan terkini terutamanya dari blog kawan-kawan di Jepun.

Saya sangat-sangat bersimpati, dan perasaan takut serta ngeri juga menyelubungi. Saya tak dapat membayangkan bagaimanakah kerajaan mereka berfikir dan bertindak dalam menangani peristiwa ini, sedih melihat keadaan rakyat negara tersebut, sedih membayangkan bagaimanakah rasanya hidup dalam keadaan serba kekurangan, tertekan dan kesakitan akibat kesejukan. Saya juga kagum dengan ketabahan mereka, walaupun saya tau di dalam hati setiap warga di Jepun tentu saja kesayuan yang menggunung. Tidak tahu apakah akan ada lagi malapetaka berlaku, tekanan dan ketakutan dengan pelepasan radiasi, kehilangan orang tersayang dan juga tidak dapat meramal nasib sesudah ini.


While Japanese officials were scrambling with a patchwork of fixes, the top U.S. nuclear regulator warned that the cooling pool for spent fuel rods at reactor No.4 may have run dry and another was leaking.
Gregory Jaczko, head of the Nuclear Regulatory Commission, told a parliamentary hearing that radiation levels around the cooling pool were extremely high, posing deadly risks for workers still toiling in the wreckage of the power plant.
"It would be very difficult for emergency workers to get near the reactors. The doses they could experience would potentially be lethal doses in a very short period of time," he said.

At its worst, radiation in Tokyo has reached 0.809 microsieverts per hour this week, 10 times below what a person would receive if exposed to a dental x-ray. Early on Thursday, radiation levels were barely above average.
The latest images from the nuclear plant showed severe damage to some of the buildings after several explosions. "Maybe we have to pray," he said, adding that a wind blowing any nuclear fallout east into the Pacific would limit any damage for Japan's 127 million people in case of a meltdown or other releases, for instance from spent fuel storage pools.

Sebastian Pflugbeil, president of the private German-based Society for Radiation Protection, said Japan's efforts to pull the Fukushima plant back from the brink signalled "the beginning of the catastrophic phase".


-Yahoo Malaysia news

Semestinya, doa itu adalah sejata setiap Muslim. Marilah kita sama-sama berdoa, solat hajat dan baca Yaasin memohon kepada Allah agar malapetaka ini reda, dan semoga proses pemulihan akan dapat dilakukan dengan segera. Malapetaka ini mungkin kemurkaan Allah kepada umat manusia ini atas kelalaian kita sendiri. Kita seharusnya bersyukur kerana diberi peringatan tanpa merasai kesakitan yang dirasai oleh mereka. Tidak seharusnya kita bergoyang kaki dan masih lagi bersuka ria di sini,walaupun jauh beribu-ribu kilometer dari negara tersebut, kerana bencana ini adalah untuk semua, dan kita juga tidak tahu bila tibanya masa kita. Kiamat itu janji Allah, dan Allah tidak pernah berdusta. Kita ini khalifah di muka bumi Allah, dan segala kerosakan di bumi adalah perbuatan kita sendiri sebenarnya.

0 comments: